“Variasi Individual”
Perdebatan tentang perbedaan individual merupakan salah satu perdebatan
seru sepanjang sejarah perkembangan psikologi, khusunya psikologi pendidikan.
Berikut ini akan diuraikan sedikit mengenai beberapa locus dan fokus dari studi
perbedaan individu.
1. Inteligensi
Konsep
tentang inteligensi menimbulkan kontrofersi dan debat seru, terlebih manakala
inteligensi diukur dan dikuantifikasi dalam bentuk angka. Hal ini disebabkan
karena inteligensi sendiri merupakan suatu konsep yang abstrak. Istilah
intelegensi berasal dari .....
kata Latin intelligence yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind together) (Walgoti,1997). Intelegensi menurut David Wecshler(1958) didefinisikan sebagai “Keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.
kata Latin intelligence yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain (to organize, to relate, to bind together) (Walgoti,1997). Intelegensi menurut David Wecshler(1958) didefinisikan sebagai “Keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.
inteligensi
merupakan keahlian untuk memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi
pada, dan belajar dari, pengalaman hidup sehari-hari. Dengan perkataan lain,
intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian
terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut
meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti: abstrak, berpikir mekanis,
matematis, memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya.
a.
Tes inteligensi individual
Binet
dan Simon mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental yakni level
perkembangan individu yang berkaitan dengan perkembangan lain. Tak lama kemudian,
William Stern menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ), yaitu usia mental
seseorang dibagi dengan usia kronologis dikalikan dengan 100. Jika usia mental
sama dengan usia kronologis maka IQ orang itu sama dengan 100. Jika usia mental
seseorang lebih dari usia kronologis maka IQ orang itu lebih dari 100. Jika
usia mentalnya kurang dari usia kronologis maka IQ orang itu akan kurang dari
100. Tes Binet ini selanjutnya direvisi dan revisi terakhir yang sampai
sekarang banyak dipakai untuk mengukur inteligensi murid adalah
Standford-Binet.
b.
Teori multiple intelligences
Ada
dua teori utama dalam perdebatan teori multiple intelligence yakni teori
Triarkis Sternberg dan teori multiple intelligence Gardner. Menurut sternberg,
inteligensi muncul dalam bentuk analitis, kreatif, dan praktis. Inteligensi
analitis meliputi kemampuan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi,
membandingkan dan mempertentangkan. Inteligensi
kreatif ialah kemampuan untuk mencipta, mendesain, menemukan, dan
mengimajinasikan. Sedangkan inteligensi
praktis meliputi kemampuan untuk menggunakan, mengaplikasikan,
mengimplementasikan, dan mempraktikkan.
Sementara
itu Howard Gardner mengidentifikasi delapan kerangka pikiran berkaitan dengan
inteligensi individu, yakni:
·
Keahlian verbal; kemampuan untuk
berpikir dengan kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan makna.
·
Keahlian matematika; kemampuan untuk
menyelesaikan operasi matematika.
·
Keahlian spasial; kemampuan untuk
memahami dunia visual-ruang dengan tepat dan melakukan transformasi terhadap
persepsi awal seseorang.
·
Keahlian tubuh-kinestik; kemampuan untuk
memanipulasi objek dan cerdas dalam hal-hal fisik.
·
Keahlian musik; sensitif terhadap nada,
melodi, irama, dan suara.
·
Keahlian intrapersonal; kemampuan untuk
memahami diri sendiri dan menata kehidupannya secara efektif.
·
Keahlian interpersonal; kemampuan untuk
memahami dan berinteraksi secara efektifdengan orang lain.
·
Keahlian naturalis; kemampuan untuk
mengamati pola-pola di alam dan memahami sistem alam dan sistem buatan manusia.
c.
Emotional intelligences
Goleman
percaya bahwa untuk memprediksi kompetensi seseorang, IQ seperti yang diukur
dengan menggunakan tes kecerdasan ternyata tidak lebih penting dari kecerdasan
emosional. Menurutnya, emotional intelligence terdiri dari empat area yakni:
·
Developing emotional awarenes; seperti
kemampuan untuk memisahkan perasaan dari tindakan.
·
Managing emotions; seperti mampu untuk
mengendalikan amarah.
·
Reading emotions; seperti memahami
perspektif orang lain.
·
Handing relationship; seperti kemampuan
untuk memecahkan problem hubungan dengan orang lain.
2. Gaya belajar dan gaya berpikir
a. Gaya impulsif-reflektif
Gaya impulsif-reflektis sering dikenal dengan tempo konseptual. Yakni
murid cendrung bertindak cepat dan impulsif atau menggunakan lebih banyak waktu
untuk merespons dan merenungkan akurasi dari suatu jawaban. Murid yang impulsif
seringkali lebih banyak melakukan kesalahan ketimbang murid yang reflektif.
Dibandingkan murid yang impulsif, murid yang reflektif juga lebih mungkin untuk
menentukan sendiri tujuan belajar dan berkonsentrasi pada informasi yang
relevan. Mereka biasanya memiliki standar kerja yang tinggi.
b. Gaya
mendalam-dangkal
Maksudnya
ialah sejauh mana murid mempelajari materi belajar dengan satu cara yang
membantu mereka untuk memahami materi tersebut (gaya mendalam) atau sekedar
mencari apa yang perlu untuk dipelajari (gaya dangkal). Murid yang belajar
dengan gaya dangkal tidak bisa mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan
kerangka konseptual yang lebih luas. Mereka cendrung belajar secara pasif,
hanya mengingat informasi. Sementara itu murid yang menggunakan gaya belajar
mendalam lebih mungkin untuk secara aktif memahami apa yang mereka pelajari dan
memberi makna pada apa yang perlu untuk diingat.
c. Ketergantungan
lapangan versus ketidakbergantungan lapangan
Orang-orang yang bergantung pada lapangan cenderung melihat pola secara
keseluruhan dan mengalami kesulitan dalam memisahkan aspek-aspek tertentu suatu
situasi atau pola. Sedangkan orang yang tidak bergantung pada lapangan lebih
mampu melihat bagian-bagian yang membentuk suatu pola yang besar.
a. Kepribadian
Kepribadian
atau personalitas ialah pemikiran, emosi dan perilaku tertentu yang menjadi
ciri dari seseorang menghadapi dunianya. Kepribadian mencakup lima hal yang
menjadi ciri bawaan yang menonjol yakni, openness
(keterbukaan terhadap pengalaman),
conscientiousness (kepatuhan),
extraversion (keterbukaan terhadap orang lain), agreebleness (kepekaan nurani),
neoroticism (stabilitas emosional).
b.
Temperamen
Temperamen
adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan atau
respons. Temperamen dikategorikan dalam tiga kelompok sebagaimana yang
dikelompokkan oleh Chees dan Thomas, yakni: anak mudah (easy child), anak sulit (difficut
child) dan anak lambat bersikap hangat (slow-to-warm-up
child). Pengelompokkan atas temperamen ini kemudian direvisi kembali oleh
Rothbard dan Bates yang lebih memfokusnya pada (1) sikap dan pendekatan
positif; (2) sikap dan pendekatan negatif; (3) usaha kontrol atau pengaturan
diri.
0 komentar:
Posting Komentar